Saturday, May 31, 2025
spot_img
HomeJombangLanggar Panggung Rejoagung Ploso, saksi Peninggalan sejarah masa lalu

Langgar Panggung Rejoagung Ploso, saksi Peninggalan sejarah masa lalu

Jombang – salah satu bangunan lawas yang masih bisa kita lihat diwilayah kecamatan Ploso adalah Langgar Panggung Rejoagung. Bangunan yag tidak terlalu luas dengan konstruksi lantai bawah tembok dan panggung dari kayu jati itu terletak di sudut Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso, kabupaten Jombang. Secara keseluruhan kondisi bangunan terlihat memprihatinkan.

Masyakarat secara turun temurun mengenalnya sebagai langgar yang memiliki nilai sejarah panjang. Konon langgar ini dibangun pada era penjajajah Belanda sekitar tahun 1890 atau seusia pendirian pabrik gula gempolkrep Mojokerto.

Konon cerita langgar ini dibangun oleh para saudagar muslim yang lalu lalang melintasi Sungai Brantas dalam perniagaan mereka kewilayah Jombang dan sekitarnya. Langgar itu dulu jga difungsikan sebagai tempat dakwa siar agama islam diwilayah Ploso dan sekitarnya.

Ainur Rokhim, Takmir Langgar Panggung berkisah, dulu, kawasan sekitar sini belum banyak mengenal Islam. Namun, melalui interaksi dengan para saudagar yang singgah untuk beribadah dan berdagang, ajaran Islam perlahan menyebar di wilayah utara Brantas, Jombang. “Dulu lokasi mushola ini menjadi tempat transit saudagar muslim yang menggunakan jalur transportasi sungai,” ungkapnya.

Bangunan ini unik karena memiliki dua lantai, meski kini hanya lantai bawah yang digunakan. Lantai atas, yang berbahan kayu, mulai lapuk dan dianggap membahayakan. Langgar ini diyakini didirikan oleh seorang saudagar muslim dari Sidoarjo bernama H. Ibrahim, yang prihatin melihat minimnya penyebaran Islam di daerah ini.

Ia kemudian meminta seorang penyiar agama, Mbah Yunus, untuk menetap di sana dan menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat setempat.

Hingga kini, Langgar Panggung tetap berfungsi sebagai tempat ibadah, banyak jamaah sholat terutama waktu maghrib, isya dan subuh. dan berjubel saat sholat tarawih Ramadhan.

Baca Juga:  Hari ini Bupati Jombang melauching Kegiatan Fisik satuan pendidikan di Kabupaten Jombang.

Keaslian arsitektur tetap dipertahankan, mulai dari ubin lantai berbentuk papan catur hingga pintu kayu jati asli yang tak pernah diganti sejak pertama kali dibangun. Bahkan, kunci dan gemboknya masih sama seperti dulu, seakan menjadi penjaga rahasia zaman.

Salah satu daya taris dari Langgar Panggung adalah ruang pengimaman yang memiliki tinggi sekitar 190 cm dan lebar hanya 90 cm. Meski terkesan sempit dan pendek, konon imam sholat tak peduli seberapa tinggi badannya selalu dapat masuk dengan nyaman.

Fenomena ini disebut warga sebagai ‘mulur mungkret’ atau kemampuan ruang tersebut untuk menyesuaikan diri dengan penghuninya. Hingga kini, ruang imam ini tidak pernah diubah, dan jemaah tetap percaya bahwa keunikan tersebut adalah bagian dari keberkahan langgar.

Tak hanya sebagai tempat ibadah, langgar ini juga diyakini memiliki karomah tersendiri. Banyak orang datang untuk berdoa atau membaca amalan tertentu dengan harapan mendapatkan solusi atas permasalahan hidup mereka. “Sudah banyak yang membuktikan, kalau mereka datang dengan keyakinan dan membaca amalan, masalahnya bisa terselesaikan,” kata Ainur Rokhim

Langgar Panggung bukan sekadar peninggalan sejarah, tetapi juga pusat spiritual yang tetap hidup di tengah hingar bingar gemerlabnya dunia modern. Di balik bangunan kayunya yang telah menua, terkesan tidak terawat tersimpan kisah perjalanan, perjuangan, dan keyakinan yang terus mengalir bersama waktu. (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments