Inspiratif – Dibalik berlalunya pelaksanaan tes SNBP 2025 ada cerita mengejutkan sekaligus membanggakan. Cerita berasal dari Nadya Zhafira usia 15 tahun, gadis cantik asal jember berhasil mencatatkan namanya sebagai salah satu peserta Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025 menjadi Salah Satu Camaba Termuda Jalur SNBP 2025.
Dilansir dari Unairnews 24 Maret 2025. Nadya adalah alumnus MAN 1 Jember yang diterima di prodi Farmasi Universitas Airlangga (Unair). Tak hanya menyandang predikat peserta termuda, Nadya juga diterima di program studi saintek terketat kedua pada jalur SNBP di Unair.
Ia mengaku sangat senang dapat mewujudkan impiannya menjadi Ksatria Airlangga, terutama di program studi favoritnya.
Gadis asal Jember itu pun tak menyangka bisa diterima di Perguruan Tinggi Negeri pada usia semuda itu. Rasa syukur dan bangga memenuhi hatinya atas pencapaian tersebut.
“Ini adalah suatu kebahagiaan dan kebanggaan terbesar bagi diri saya, keluarga, dan sekolah saya. Jujur, saya tidak pernah menyangka bahwa saya bisa diterima di PTN melalui SNBP di usia saya yang masih 15 tahun ini,” ungkapnya, dilansir dari laman Unair, Senin (24/3/2025).
Alasan Nadya Memilih Program Studi Farmasi bukan tanpa alasan. Sejak kecil Nadya menceritakan sudah tertarik pada dunia kesehatan dan bercita-cita ingin berkontribusi dalam pengembangan obat-obatan di indonesia.
“Saya memilih Program Studi Farmasi karena sejak kecil, saya sangat tertarik dengan bidang kesehatan. Farmasi adalah bidang yang menggabungkan ilmu pengetahuan dan kepedulian terhadap kesehatan masyarakat, sehingga saya merasa program studi ini adalah pilihan yang tepat,” ungkap dia.
Tidak hanya cerdas, Nadya juga dikenal sebagai sosok yang giat belajar. Ia mengikuti program akselerasi baik di tingkat SMP maupun SMA, sehingga mampu menyelesaikan pendidikan lebih cepat dari rekan-rekannya. Menurutnya, kunci keberhasilan tersebut adalah semangat belajar tinggi dan strategi belajar yang efektif.
Meski begitu, ia menyadari bahwa tantangan terbesar yang harus dihadapinya adalah perbedaan usia dengan mahasiswa lainnya. Karena diusianya saat ini dimana teman-temannya rata-rata baru masuk SLTA.
Namun, Nadya tidak memandang hal tersebut sebagai hambatan, melainkan sebagai peluang untuk belajar dari teman-teman yang lebih dewasa.
“Tantangan terbesarnya mungkin perbedaan usia dengan teman-teman di kampus. Mereka pada umumnya sudah lebih matang dalam berpikir dan memiliki pengalaman sosial yang lebih banyak. Namun, saya melihat ini sebagai kesempatan untuk belajar dari mereka. Saya berusaha membangun komunikasi yang baik dan aktif mengikuti kegiatan kampus agar lebih mudah berbaur,” jelasnya.
Di balik kesuksesan Nadya, ada dukungan penuh dari kedua orangtuanya yang selalu memberikan motivasi dan fasilitas belajar. Ia juga merasa beruntung memiliki lingkungan yang mendukungnya untuk terus berprestasi.(*)