Friday, May 30, 2025
spot_img
HomeTokohInspiratifAnak tukang becak sukses jadi Doktor Muda ITS predikat Summa Cumlaude

Anak tukang becak sukses jadi Doktor Muda ITS predikat Summa Cumlaude

Jawa Timur – Kisah inspiratif dari seorang perempuan tangguh bernama Lailatul Qomariah. Lailatul Qomariyah adalah anak pertama dari tiga bersaudara putri pasangan Saningrat (43) dan Rusmiati (40),. Sang ayah berprofesi sebagai tukang becak, sedangkan ibu berprofesi sebagai ibu rumah tangga biasa.

Lailatul Qomariyah berhasil menyelesaikan program Doktornya dengan IPK 4.0 atau predikat Summa Cum Laude, dan jadi doktor muda di ITS.

Meski tumbuh dari keluarga tidak mampu, Lailatul Qomariyah (27), warga Dusun Jinangka, Desa Teja Timur, Kabupaten Pamekasan, Madura, pantang menyerah dan membuahkan kesuksesan.

Laila, panggilan akrab Lailatul Qomariyah, meraih gelar doktor teknik kimia di Fakultas Tekhnologi Industri, di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Gelar doktor perempuan yang murah senyum itu diraih melalui sidang terbuka dengan mengambil disertasi “ Partikel Silika Karakteristik Terkendali dan Produksi Komposit ITS Menggunakan Proses Semprot ”. Sidang terbuka ini dilakukan di depan para profesor penguji di ITS Surabaya.

Disertasi laila mengenai aplikasi silika untuk solar sel. Solar sel ini untuk menyimpan energi matahari yangselanjutnya dapat digunakan sebagai energi listrik.

“Energi surya kan banyak dan melimpah. Dari menggunakan batu bara untuk sumber listrik, bertambah baik menggunakan sumber energi matahari. Sehingga cukup dengan solar sel yang bisa dikonversi menjadi energi listrik,” kata Laila dengan ekspresi serius.

Laila mampu mempertahankan desertasinya dalam sidang terbuka dengan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 4.0. ia merasa bersyukur kepada Allah dan ayahnya yang pada saat sidang terbuka rela berhenti mengayuh becak untuk ikut menyaksikan secara langsung penyelenggara sidang Dotoral bersama ibunda dan pamannya.

Dalam penuturannya, Laila yang kini menjadi asisten dosen di kampusnya menceritakan bahwa sejak duduk di bangku SD, SMP hingga SMA dirinya selalu maraih peringkat pertama.

Baca Juga:  Anak Sopir tamatan SMP Jadi Doktor Termuda UGM wisuda 2025

Sebagai anak penarik becak, dirinya saat itu pulang ke sekolah diantar ayahnya naik becak. Namun dua bulan setelah duduk di bangku SMAN 1, Pamekasan, barulah ia dibelikan sepeda pancal butut oleh ayahnya. Berangkat sekolah naik sepeda pancal setiap hari menempuh perjalanan 10 km ke sekolah.

Diceritakan, sejak duduk di bangku SMA, untuk biaya sekolah hingga kuliah saat itu sudah tidak diminta kepada orang tuanya, melainkan mencari sendiri. Berkat kecerdasannya memberikan tambahan kepada siswa, waktu SMA ia mendapatkan beasiswa dari sekolahnya.

“Saya sadar, saya bukan anak orang yang mampu secara ekonomi, sehingga tak mungkin mengandalkan orang tua. Alhamdulillah, ternyata Allah memberi jalan bagi saya,” kata Laila.

Ia mengaku kali pertama masuk kuliah mendapat banyak cibiran di kampungya, karena anak penarik becak sampai kuliah apalagi di kampus Surabaya. Tapi semangatnya tetap kuat dan cibiran itu malah menjadi pelecut semangatnya untuk bisa membuktikan bahwa dirinya bisa.

Diungkapkan, setelah lulus SMA, dirinya diterima masuk fakultas Teknologi Industri ITS Surabaya, setelah lulus S-1, lalu melajutkan S2 juga di ITS.

Laila hanya menempuh kuliah S2 selama 3 bulan dan langsung masuk ke program S3 dengan beasiswa lewat Program Magister Doktor Sarjana Unggul (PMDSU) biaya sepenuhnya dari Pemerintah.

Perjuangan masuk S3 bukanlah perkara mudah, melainkan melalui beberapa persyaratan khusus, termasuk nilai IPK minimal 3.5 dan bberapa kali tahab seleksi. Tapi karena IPKnya melebihi nilai batas yang ditentukan, yakni 4.0 maka dirinya bisa lolos ke S3 melalui jalur fast track

Diungkapkan, dirinya bisa sukses dalam jenjang pendidikan seperti ini, sehari-harinya tidak selalu belajar terus-menerus tanpa mengenal waktu. Baginya seimbang antara belajar dan hiburan, di samping berdoa dan jangan sampai lalai dalam menjalankan ibadah, serta dukungan orang tua, yang menjadi penyemangat.

Baca Juga:  Bocah Jenius asal Bojonegoro menjuarai Olimpiade Matematika dunia
Foto lailatul Qomariyah bersama ayah dan ibu yang bangga menyaksikan kesuksesan putri pertamanya

Dipaparkan, selama kuliah di S1 ​​hingga S2, dari tempat kos ke kampusnya naik sepeda pancal, yang ditempuh lama perjalanan antara 15 – 20 menit.

“Walau kita dari keluarga tidak mampu, jangan rendah diri dan putus asa. Tidak ada kata tidak bisa, kalau kita mau berusaha dan yakin dengan kemampuan kita,” ujar Laila.

Dari kisah lailatul Qomariyah dapat kita petik pelajaran berharga bahwa tidak ada kata tidak mungkin, sepanjang kita mau berusaha dengan segenap daya dan upaya serta do’a tidak ada yang tidak mungkin dan itu sudah dibuktikan laila hingga pencapaiannya saat ini.

Kini cita-citanya telah buka lebaran untuk menjadi pengajar di kampus ternama, dan satu lagi yang diimpikan, bisa memberangkatkan bapak dan ibu menjalankan ibadah haji. “Biarlah orang tua menikmati masa lalu orang tuanya dengan melihat kesuksesan anaknya”ujar Laila dengan mata berkaca-kaca. (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments