Jombang – Film sorot atau layar tancap adalah pemutaran film secara outdoor yang populer tahun 1970 sampai 1990. Pemutaran film sering dilakukan dilapangan terbuka dengan layar terbuat dari kain putih ukuran besar serta sound sistem sebagai pengeras suaranya. Acara ini sering digunakan sebagai media promosi produk obat-obatan, termasuk promosi program pemerintah. Sebelum pemutaran film, pesan-pesan itu disampaikan melalui pengeras suara dan iklan yang tampil dilayar. Ditengah-tengah pergantian kaset juga diulang dan itu menjadi media efektif penyampai pesan dan hiburan bagi masyarakat.
Biasanya sejak sore hari, panitia penyelenggara berputar keliling kampung menyiarkan informasi pemutaran film atau kadang-kadang dinas infokom sebagai penyelenggaranya dengan iklan kampanye Keluarga berencana (KB). Malamnya Penonton datang berbondong-bondong sekeluarga dari berbagai penjuru kampung membawa sarung, tikar, makanan. sambil duduk menunggu pemutaran film, mereka asyik makan jagung bakar, kacang godok dan jajanan rakyat lainnya.
Suasana meriah dilapangan terbuka sangat terasa, sesekali suara geerr tawa penonton dan sorak siulan manakala ada adegan yang agak dewasa. Itulah nostalgia saat pemutaran film yang disorotkan ke layar putih besar yang dibentang dengan kawat dan tiang tinggi dikanan dan kirinya.
Kenangan itu kini seakan menjadi cerita legenda era perkembangan dunia perfilman lampau. Film satria bergitar yang diperankan Rhoma Irama, Film si buta dari goa hantu, jaka Sembung, film kolosal satria madangkara dengan tokohnya Brama Kumbara hingga film dakwa islam tentang perjuangan wali songo membawa kenangan tersendiri bagi generasi yang hidup pada era 70 hingga 90an.
Kini sangat sulit kita jumpai tontonan seperti itulagi ditengah kemajuan tehnologi yang kian pesat. Diantara nostalgia masa lalu itu, di Jombang masih ada sosok Slamet Mujiono (43) Warga Dusun Krenggan, Desa Kauman, Kecamatan Ngoro, Jombang. ia masih setia merawat kamera sorot Film miliknya, bahkan juga masih menyewakan perangkat alat pemutar film jadulnya.
Alat pemutar film jadul slamet Mujiono masih berfungsi normal hingga saat ini bahkan dirinya mengaku masih memiliki puluhan koleksi kaset film gulung dengan berbagai genre.
Menurut Slamet, dirinya masih mempertahankan kamera sorot karena memiliki kenangan yang dalam saat masa kecilnya, dan tidak akan menjual walaupun pernah ada orang yang berusaha menawarnya untuk dibeli.
“Mesin pemutaran film jadul ini saya simpan dan tidak akan saya jual karena alat ini merupakan tempat saya ketika ingin bernostalgia dengan masa kecil hingga masa remaja. Saya akan terus merawatnya supaya tetap bisa difungsikan untuk memutar film,” ujarnya.
Dulu Ia membeli alat pemutar film jadul dari Kandangan, Kabupaten Kediri dengan harga Rp 2.700.000 dan harga kaset yang dibelinya seharga Rp 800.000. saat ini Slamet masih memiliki 10 koleksi kaset film gulungan dengan judul yang bermacam-macam. Mulai dari komedi, film laga, film horor, dan film kolosal.
Menurutnya, sering dia dapat job memutar film genre komedi, dan kolosal, seperti film Warkop DKI, film Rhoma Irama, dan film Saur Sepuh. Biasanya sering pada acara-acara sedekah desa dan Agustusan dengan film perjuangan seperti Film serangan 11 maret, Film 10 November arek Surabaya, dll.
“Alhamdulillah Penonton masih banyak, tidak hanya orang-orang tua saja, melainkan juga anak-anak remaja hingga anak-anak kecil. Kebanyakan mereka suka diputarkan film komedi Warkop DKI dan film Rhoma Irama,” ungkapnya.
Sekali pemutaran film, Slamet Mujiono memberikan 3 film. Acara pemutaran film dimulai pukul 20.00 WIB sampai Pukul 00.00 WIB, bahkan sampai pukul 01.00 WIB. Harga penyewaan pemutaran film mulai dari Rp.800.000 tergantung pemesanan film yang diinginkan.
“Harga penyewaan kalau hanya pemutaran film dengan koleksi kaset film yang saya miliki seharga Rp800.00 belum termasuk soundnya. Kalau jadi satu dengan soundnya kurang lebih Rp1.000.000-an. Tergantung jarak yang ditempuh. Sedangkan, kalau ada yang memesan film lainnya seperti film Rhoma Irama atau film yang tidak saya miliki harganya nambah karena harus menyewa kaset tersebut di Mojokerto,” jelasnya.
Saat ini, ia sering mendapatkan pemesanan tidak hanya di wilayah Kabupaten Jombang, melainkan di luar wilayah kabupaten Jombang, seperti Mojokerto, dan Sidoarjo. (*)